
Nilai mata uang , Inflasi , Suku Bunga adalah kata-kata yang sering muncul dalam sebuah berita ekonomi, tapi apa artinya itu ? dan hubungan satu sama lainnya apa ?
Mari kita mulai dari sebuah definisi dari tiap kata itu.
Nilai Mata Uang merupakan nilai yang bisa di beli oleh uang tersebut jika di sederhanakan merupakan sebuah indicator jumlah barang yang bisa di beli dari uang tersebut sebagai alat pembayaran , dalam dunia modern saat ini setidaknya pada tahun 2015 nilai mata uang seluruh Negara di sederhanakan cara perhitungannya dengan patokan nilai US dollar.
Lalu, Inflasi adalah kenaikan harga rata-rata dari beberapa produk ekonomi yang bisa juga kita artikan sebagai penurunan nilai mata uang yang kita miliki, karena bayangkan disebabkan oleh yang namanya inflasi ini jumlah barang yang bisa kita beli dalam satu satuan ukur mata uang berkurang.
Dan terakhir ,Suku Bunga Bank Sentral ,
Benda ini atau lebih tepatnya Kebijakan ini ya ini merupakan sebuah kebijakan dari bank sentral untuk menetapkan sebuah suku Bunga yang akan menjadi patokan bagi bank-bank Konvensional untuk menentukan kisaran tingkat pengembalian minimum yang bisa di berikan perbankan kepada para Nasabah.
Sebuah Hubungan
Dalam Dunia modern saat ini setidaknya tahun 2015 , gambaran hubungan antara Suku Bunga dan juga nilai mata uang bisa di ibaratkan bagai orang yang pacaran, dimana biasanya ketika Nilai mata uang di Negara tersebut mengalami penurunan maka pemerintah akan melakukan kebijakan meningkatkan nilai suku bunga bank Sentral untuk mengundang para investor menginvestasikan dananya di perbankan Negara tersebut sehingga nilai mata uang dari Negara tersebut bisa naik.Kalau di sederhanakan begini :
Nilai Mata Uang Turun X Peningkatan nilai suku bunga acuan = Kenaikan nilai mata uang
Hal di atas merupakan gambaran dari hubungan antara nilai tukar mata uang dan Suku bunga dan selalu berurutan nilai mata uang menjadi acuan dari kebijakan , Hal yang menarik di Negara kita Indonesia adalah pada tahun 1999 hal tersebut tidak berlaku , karena hubungan yang terjadi adalah sebaliknya setelah krisis ekonomi 1998 Rupiah mengalami penurunan nilai mata uang atau inflasi dan kemudian seiring dengan berjalannya waktu hal yang dilakukan oleh pemerintahan Pak BJ. Habiebie pada saat itu justru menurunkan tingkat suku bunga, karena Pak Habiebie ber-hipotesis jika penurunan suku bunga merupakan hal yang menentukan tingkat inflasi, hal ini bertentangan dengan pemahaman ekonomi konvensional yang menyebutkan jika “ Tingkat Inflasi yang menentukan Suku Bunga “, dikarenakan hal tersebut beberapa pakar ekonomi menyebut pemahaman tersebut sebagai paham “Habiebienomics”, hal yang dilakukan oleh pak Habiebie baik sebenarnya namun perlu di perhatikan pada saat itu penurunan suku bunga secara zig-zag seperti yang di gagas habibie dianggap berbahaya karena menimbulkan ketidakpastian usaha(Gatra/Agustus 2005).
Saat ini di tahun 2015 nilai mata uang Global, ya tepatnya Negara-negara berkembang, hal itu terjadi seiring dengan menurunnya nilai komoditas-komoditas strategis di tahun ini. Perlu di perhatikan jika sebenarnya tingkat suku bunga hanya adalah sebagian dari beberapa faktor yang mempengaruhi nilai mata uang , kepercayaan Publik kepada suatu Negara dan kondisi GeososialPolitik merupakan faktor lainnya. Tahun ini Rupiah menembus harga di Kisaran Rp 14.000/1USD nilai ini merupakan nilai Rupiah Terendah selama 10 tahun terakhir .
Semoga setelah pemaparan saya di artikel ini setidaknya kamu bisa menggambarkan apa yang akan terjadi berikutnya ketika Suku bunga di Negara Amerika Serikat di naikan dan apa dampaknya terhadap perekonomian Negara-negara lain seperti salah satunya Negara kita Indonesia. (YodaPratama/2015)