Dua Kota, Dua Selera: Mengupas Peluang dan Tantangan Bisnis Kafe di Jakarta dan Bandung 2025

Bisnis kafe di Indonesia terus menunjukkan geliat yang dinamis, melampaui sekadar tempat untuk menikmati secangkir kopi. Fenomena ini telah bertransformasi menjadi sebuah lanskap sosial, ekonomi, dan bahkan budaya yang kompleks, merefleksikan perubahan gaya hidup masyarakat urban modern. Kafe kini tidak hanya berfungsi sebagai titik temu untuk bersosialisasi, tetapi juga telah menjelma menjadi kantor alternatif bagi para pekerja lepas dan profesional yang membutuhkan fleksibilitas, ruang kreatif bagi para seniman dan komunitas, hingga destinasi gaya hidup yang tak terpisahkan dari tren terkini. Pergeseran paradigma ini menempatkan kafe sebagai pilar penting dalam ekosistem perkotaan, di mana setiap detil—mulai dari kualitas biji kopi, desain interior yang memukau, hingga kurasi playlist musik—berkontribusi pada pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Di antara berbagai kota besar di Nusantara, Jakarta dan Bandung menonjol sebagai dua episentrum utama tren kafe dengan karakteristik yang sangat unik dan menarik untuk dibedah. Kedua kota ini, meskipun sama-sama dihuni oleh penikmat kopi dan budaya nongkrong, memiliki DNA konsumen dan dinamika pasar yang berbeda signifikan.

Memasuki pertengahan tahun 2025, ketika ekonomi global dan tren konsumen terus berevolusi, pemahaman yang mendalam mengenai perbedaan fundamental dalam segmentasi pasar, serta peluang dan tantangan yang melekat di kedua kota ini, menjadi krusial bagi para pelaku usaha kafe yang ingin tidak hanya bertahan, tetapi juga meraih sukses jangka panjang. Jakarta, sebagai jantung ekonomi dan politik Indonesia, menampilkan profil konsumen yang cenderung didominasi oleh profesional, kelas menengah-atas, dan ekspatriat dengan daya beli yang lebih tinggi serta ekspektasi yang kompleks terhadap efisiensi, kenyamanan, dan prestise. Sementara itu, Bandung, yang dikenal sebagai kota pendidikan dan destinasi wisata populer, menarik segmen pasar yang lebih beragam, meliputi mahasiswa, komunitas kreatif, dan wisatawan domestik, yang menghargai suasana unik, kreativitas, dan nilai yang sepadan dengan harga. Analisis komparatif yang tajam terhadap preferensi, perilaku, dan motivasi konsumen di kedua kota ini akan mengungkap strategi adaptasi dan inovasi yang paling efektif, memastikan bahwa setiap investasi dan upaya yang dicurahkan akan menghasilkan resonansi yang kuat di pasar yang dituju. Dengan demikian, artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan esensial antara lanskap kafe di Jakarta dan Bandung, memberikan panduan strategis bagi para pengusaha untuk menavigasi kompleksitas pasar yang dinamis ini dan mengidentifikasi celah-celah peluang yang menjanjikan.


 

 


Profil Konsumen Kafe: Membedah Selera Jakarta dan Bandung

Meskipun sama-sama menggemari budaya nongkrong di kafe, konsumen di Jakarta dan Bandung memiliki preferensi dan perilaku yang cukup berbeda, yang memengaruhi segmentasi pasar secara signifikan.

Konsumen Jakarta:

  • Dominasi Profesional dan Kelas Menengah-Atas: Jakarta, sebagai pusat bisnis, pemerintahan, dan finansial, memiliki populasi profesional, ekspatriat, dan kelas menengah hingga atas yang sangat besar. Kelompok ini cenderung memiliki daya beli lebih tinggi dan mencari pengalaman kafe yang premium.
  • Fokus pada Efisiensi, Kenyamanan, dan Status: Banyak kafe di Jakarta berfungsi sebagai tempat pertemuan bisnis, co-working space untuk kerja jarak jauh (remote working), atau sekadar tempat transit yang nyaman di tengah kesibukan kota yang padat. Aspek prestige, desain interior yang sophisticated, dan layanan yang cepat dan efisien seringkali menjadi pertimbangan utama. Mereka menghargai kafe yang dapat mendukung produktivitas sekaligus memberikan statement sosial.
  • Tren Global dan Kecepatan Adopsi: Konsumen Jakarta sangat cepat menyerap tren global, baik dari segi jenis minuman (misalnya single origin langka, metode seduh cold brew inovatif), makanan pendamping (seperti artisanal pastry atau brunch menu ala Barat), maupun konsep kafe secara keseluruhan (misalnya third-wave coffee shop). Mereka juga lebih terbuka terhadap inovasi dan konsep premium.
  • Pengeluaran per Kunjungan (ASPV): Rata-rata pengeluaran per kunjungan (Average Spending per Visit – ASPV) di Jakarta bisa 30-50% lebih tinggi dibandingkan Bandung untuk segmen kafe serupa, terutama untuk kafe specialty dan premium. Ini mencerminkan daya beli dan kesediaan mereka untuk membayar lebih demi kualitas dan pengalaman.
  • Digital Savvy & Influencer-Driven: Konsumen Jakarta sangat bergantung pada ulasan online (misalnya di Google Reviews, Zomato, atau Pergikuliner), rekomendasi dari influencer media sosial, dan kemudahan pemesanan atau reservasi digital. Promosi melalui platform digital sangat efektif di segmen ini.

Konsumen Bandung:

  • Dominasi Mahasiswa, Komunitas Kreatif, dan Wisatawan: Sebagai kota pendidikan dan destinasi wisata populer, pasar kafe Bandung banyak diisi oleh mahasiswa, anak muda dari komunitas kreatif, serta wisatawan domestik (khususnya akhir pekan).
  • Fokus pada Suasana, Keunikan Konsep, dan Harga: Konsumen Bandung sangat menghargai kafe dengan konsep yang unik, suasana yang nyaman untuk berlama-lama, dan tentu saja, Instagrammable. Faktor harga juga menjadi pertimbangan penting, terutama untuk segmen mahasiswa yang memiliki budget terbatas. Mereka mencari value for money tanpa mengorbankan pengalaman.
  • Kreativitas Lokal dan Komunitas: Kafe yang mendukung kegiatan komunitas, seni lokal, atau menawarkan produk dengan sentuhan lokal (misalnya kopi Priangan, makanan ringan tradisional) mendapatkan apresiasi lebih. Ada kecenderungan untuk mencari pengalaman yang otentik, personal, dan berbeda dari mainstream.
  • Pengeluaran per Kunjungan (ASPV): ASPV cenderung lebih moderat. Meskipun demikian, frekuensi kunjungan oleh segmen pelajar dan mahasiswa bisa cukup tinggi jika harga dan suasana dirasa sesuai. Segmen menengah ke atas di Bandung juga berkembang, namun tetap dengan ekspektasi value for money yang kuat.
  • Word-of-Mouth dan Komunitas Digital: Rekomendasi dari teman, keluarga, dan komunitas (baik online maupun offline) memiliki pengaruh besar. Validasi sosial melalui lingkungan terdekat seringkali lebih dipercaya daripada kampanye iklan besar.

Implikasi Perbedaan Segmentasi:

Perbedaan ini sangat memengaruhi jenis kafe yang berkembang, strategi penetapan harga, desain interior, hingga aktivitas pemasaran. Kafe di Jakarta mungkin lebih fokus pada menu premium, layanan personal yang cepat, dan branding yang kuat, sementara di Bandung lebih pada kreasi suasana, inovasi konsep, dan interaksi komunitas yang hangat. Pemahaman mendalam ini adalah fondasi bagi strategi bisnis yang sukses.


 

 


Peluang Bisnis Kafe di Masing-Masing Kota (Juni 2025)

Peluang di Jakarta:

  • Kafe Spesialisasi Premium dan Micro-Roastery: Permintaan untuk specialty coffee dengan biji langka, metode seduh unik, dan pastry high-end terus tumbuh di kalangan eksekutif dan penikmat kopi serius. Konsep micro-roastery di mana kopi disangrai langsung di tempat juga menarik minat konsumen yang mencari pengalaman farm-to-cup.
  • Integrasi dengan Co-working Space dan Ruang Fleksibel: Kebutuhan akan ruang kerja fleksibel yang nyaman dengan fasilitas kafe berkualitas masih sangat tinggi. Kafe yang menawarkan paket langganan co-working atau ruang meeting kecil akan sangat diminati.
  • Grab-and-Go dan Lokasi Strategis di Pusat Aktivitas: Di area perkantoran, pusat transportasi, dan distrik bisnis, konsep kafe yang melayani kebutuhan cepat (sarapan, makan siang ringan, kopi sore) sangat potensial. Fokus pada efisiensi dan kemasan yang praktis.
  • Kafe dengan Pengalaman Unik dan Kolaborasi Brand: Thematic cafe dengan konsep yang kuat, fine-dining dessert cafe, atau kafe dengan kolaborasi brand ternama (fashion, seni, otomotif) memiliki daya tarik bagi konsumen yang mencari pengalaman eksklusif dan instagrammable.
  • Fokus pada Keberlanjutan (Sustainability) dan Sumber Etis: Konsumen kelas menengah-atas Jakarta semakin sadar akan isu lingkungan dan etika. Ini membuka peluang bagi kafe dengan konsep ramah lingkungan (mengurangi plastik, zero-waste, sumber bahan baku lokal-etis, kopi fair trade).

Peluang di Bandung:

  • Kafe Tematik dan Konseptual yang Kuat: Kreativitas adalah kunci di Bandung. Kafe dengan tema unik (misalnya nuansa hutan, zaman kuno, galeri seni, atau tema film tertentu), desain interior yang khas, atau yang menawarkan aktivitas tambahan (misalnya workshop, live music akustik, open mic) sangat diminati.
  • Pemanfaatan Alam dan Ruang Terbuka: Kafe dengan pemandangan alam (khususnya di area Bandung Utara seperti Dago, Lembang, Ciwidey) atau yang memiliki area outdoor luas menjadi daya tarik utama, terutama pasca-pandemi di mana masyarakat mencari ruang terbuka yang aman dan nyaman.
  • Kafe Komunitas dan Kolaboratif: Menyediakan ruang bagi komunitas lokal (seni, musik, literasi, hobi) untuk berkumpul dan berkreasi. Ini membangun loyalitas dan menciptakan buzz positif melalui word-of-mouth.
  • Harga Terjangkau dengan Nilai Lebih (Value for Money): Untuk segmen mahasiswa dan anak muda, menawarkan paket hemat, diskon khusus pelajar, atau menu berkualitas dengan harga bersaing tetap menjadi strategi jitu. Inovasi pada menu signature yang unik juga dapat menarik perhatian.
  • Pengembangan Produk Lokal dan Kopi Priangan: Mengangkat kopi lokal Jawa Barat (Priangan) sebagai signature atau menggunakan bahan baku lokal lainnya dapat menjadi nilai jual unik yang menarik wisatawan dan mendukung ekonomi lokal. Konsep “dari kebun ke cangkir” akan sangat dihargai.

Tantangan yang Mengintai Bisnis Kafe

Tantangan Umum (Berlaku di Kedua Kota):

  • Persaingan Sangat Ketat: Jumlah kafe terus bertambah secara eksponensif, menuntut inovasi berkelanjutan dan diferensiasi yang kuat agar tidak kalah saing.
  • Fluktuasi Harga Bahan Baku: Kenaikan harga biji kopi, susu, gula, sirup, dan bahan baku lainnya dapat menggerus margin keuntungan secara signifikan. Strategi manajemen biaya yang cermat sangat diperlukan.
  • Sumber Daya Manusia (SDM): Mencari dan mempertahankan barista serta staf layanan yang berkualitas, berpengetahuan, dan konsisten dalam memberikan pelayanan prima menjadi tantangan. Pelatihan dan retensi staf adalah kunci.
  • Tren yang Cepat Berubah: Pelaku usaha harus sangat adaptif terhadap perubahan selera, preferensi, dan tren konsumen yang dinamis. Apa yang populer hari ini mungkin sudah usang besok.
  • Manajemen Operasional: Menjaga konsistensi kualitas produk dan layanan di tengah kesibukan operasional, mulai dari supply chain, inventory, hingga customer service, memerlukan sistem manajemen yang kuat.

Tantangan Spesifik Jakarta:

  • Biaya Sewa Properti Sangat Tinggi: Terutama di lokasi strategis (pusat bisnis, mal, area komersial elit), biaya sewa bisa menjadi beban operasional terbesar, mencapai puluhan hingga ratusan juta Rupiah per tahun bahkan lebih untuk ukuran standar.
  • Biaya Operasional Lainnya yang Tinggi: Upah tenaga kerja (sesuai UMP/UMK Jakarta), biaya listrik, air, dan biaya bahan baku premium cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
  • Standar Konsumen yang Tinggi: Ekspektasi konsumen terhadap kualitas produk, layanan, dan suasana sangat tinggi. Mereka tidak ragu beralih jika ada sedikit saja ketidakpuasan, menuntut kesempurnaan di setiap aspek.
  • Kemacetan dan Aksesibilitas: Lokasi yang sulit dijangkau akibat kemacetan parah di Jakarta dapat mengurangi minat pelanggan untuk berkunjung, terutama di jam-jam sibuk. Kemudahan parkir juga menjadi pertimbangan penting.

Tantangan Spesifik Bandung:

  • Sensitivitas Harga: Sebagian besar pasar (terutama mahasiswa dan anak muda) sangat sensitif terhadap harga, memberikan tekanan pada margin keuntungan. Inovasi harus sejalan dengan harga yang terjangkau.
  • Musiman (untuk Wisatawan): Kunjungan wisatawan cenderung ramai di akhir pekan atau musim liburan panjang, memerlukan strategi khusus untuk menjaga okupansi dan penjualan di hari kerja.
  • Konsistensi Konsep Kreatif: Menjaga agar konsep kreatif tetap segar, tidak cepat usang, dan operasionalnya berjalan lancar seringkali menjadi tantangan, mengingat cepatnya tren di Bandung.
  • Infrastruktur Pendukung di Area Wisata: Beberapa lokasi potensial di area pinggiran yang menawarkan pemandangan indah mungkin terkendala infrastruktur (akses jalan yang sulit, ketersediaan air bersih, sinyal internet yang tidak stabil).

Strategi Adaptasi dan Inovasi

Untuk berhasil di tahun 2025, pemilik kafe di kedua kota perlu:

  • Riset Pasar Mendalam: Pahami secara spesifik target pasar yang dituju, termasuk demografi, psikografi, dan buying behavior mereka. Data adalah kunci.
  • Diferensiasi Kuat: Tawarkan sesuatu yang unik dan berbeda dari kompetitor, baik dari segi produk (misalnya signature drink yang inovatif), layanan (personalisasi, kecepatan), maupun suasana (konsep interior yang imersif).
  • Manajemen Biaya yang Efisien: Lakukan audit biaya secara berkala, negosiasi dengan supplier, dan optimalkan penggunaan sumber daya tanpa mengorbankan kualitas secara drastis.
  • Pemasaran Digital Cerdas: Manfaatkan media sosial (Instagram, TikTok), influencer marketing, dan platform ulasan online secara efektif untuk membangun brand awareness dan menarik pelanggan.
  • Adaptasi Teknologi: Penggunaan sistem POS (Point of Sale) yang baik, pemesanan online (melalui aplikasi atau QR code), program loyalitas digital, dan sistem manajemen feedback pelanggan dapat meningkatkan efisiensi dan pengalaman.
  • Fokus pada Pengalaman Pelanggan (Customer Experience): Ciptakan pengalaman yang berkesan sejak pelanggan masuk hingga meninggalkan kafe, mulai dari keramahan staf, kenyamanan tempat, hingga kualitas produk. Ini adalah kunci untuk membangun loyalitas dan mendapatkan rekomendasi word-of-mouth.

Tipe Kafe Populer di Jakarta dan Bandung (Juni 2025)

Berikut adalah beberapa tipe atau contoh kafe yang diperkirakan tetap atau semakin populer di Jakarta dan Bandung pada Juni 2025, beserta analisis keterkaitannya dengan segmentasi pasar masing-masing kota:

Jakarta: Menjawab Kebutuhan Profesional dan Gaya Hidup Urban

Kafe-kafe di Jakarta yang populer cenderung mencerminkan gaya hidup kosmopolitan, kebutuhan profesional, dan apresiasi terhadap kualitas serta tren global.

  • Kafe Jaringan Specialty Coffee Ternama & High-End Independent Roastery-Cafe
    • Contoh (Tipe/Merek yang Konsisten): Tanamera Coffee, % Arabica, Djournal Coffee (untuk segmen premiumnya), Giyanti Coffee Roastery, atau pemain-pemain independen kuat lainnya yang fokus pada kualitas biji dan seduhan single origin terbaik.
    • Kaitan dengan Segmentasi Pasar:
      • Profesional & Kelas Menengah-Atas: Kafe jenis ini menawarkan kopi berkualitas tinggi yang dicari oleh para penikmat kopi serius dan kalangan profesional. Suasananya seringkali kondusif untuk pertemuan bisnis informal atau bekerja dengan fasilitas lengkap.
      • Status & Tren Global: Merek-merek ini sering diasosiasikan dengan kualitas premium dan tren kopi global, sesuai dengan konsumen Jakarta yang aware terhadap perkembangan terkini dan menghargai citra diri yang modern.
      • Daya Beli Tinggi: Harga yang relatif premium sejalan dengan daya beli segmen pasar utama di Jakarta.
  • Lifestyle & Instagrammable Cafe di Pusat Perbelanjaan atau Area Komersial Elit
    • Contoh (Tipe/Merek yang Konsisten): Kafe-kafe yang menjadi bagian dari grup F&B besar dengan desain interior yang mewah dan estetik (misalnya, penerus konsep seperti Union, Social House, atau pemain baru dengan investasi desain tinggi), atau kafe-kafe yang viral karena keunikan visualnya yang menonjol dan cocok untuk konten media sosial.
    • Kaitan dengan Segmentasi Pasar:
      • Trendy Youth & Sosialita: Menjawab kebutuhan akan konten media sosial, tempat berkumpul yang fashionable, dan networking. Estetika dan suasana menjadi daya tarik utama.
      • Pengalaman & Gaya Hidup: Menawarkan lebih dari sekadar kopi, tetapi pengalaman menyeluruh yang mencerminkan gaya hidup urban modern dan berkelas.
      • Kenyamanan & Aksesibilitas: Lokasi di mal atau pusat komersial memberikan kemudahan akses bagi konsumen Jakarta yang sibuk.
  • Kafe dengan Fasilitas Co-working atau Ramah untuk Bekerja
    • Contoh (Tipe/Merek yang Konsisten): Tempat seperti GoWork atau WeWork yang memiliki fasilitas kafe internal berkualitas, atau kafe independen yang secara khusus dirancang dengan banyak stopkontak, Wi-Fi kencang, area yang lebih tenang untuk fokus, dan bahkan ruang meeting kecil.
    • Kaitan dengan Segmentasi Pasar:
      • Profesional & Pekerja Lepas: Memenuhi kebutuhan para profesional, pekerja lepas (freelancer), dan entrepreneur yang membutuhkan ruang kerja alternatif yang fleksibel, nyaman, dan produktif di luar kantor konvensional.
      • Efisiensi & Produktivitas: Menyediakan lingkungan yang mendukung produktivitas sambil tetap bisa menikmati kopi dan makanan berkualitas tanpa gangguan.

Bandung: Surga Kafe Kreatif, Komunitas, dan Suasana Unik

Kafe-kafe populer di Bandung lebih sering menonjolkan kreativitas, suasana yang khas, keterjangkauan (untuk segmen tertentu), dan kedekatan dengan alam atau komunitas.

  • Kafe dengan Konsep Unik dan Tematik yang Kuat
    • Contoh (Tipe/Merek yang Konsisten): Kopi Toko Djawa (dengan nuansa jadulnya yang otentik), Sejiwa Coffee (desain industrialis minimalis yang ikonik), atau kafe-kafe baru yang menawarkan tema spesifik (misalnya, budaya pop tertentu, galeri seni mini, nuansa vintage yang lebih dalam, atau konsep sustainable living yang terintegrasi penuh).
    • Kaitan dengan Segmentasi Pasar:
      • Mahasiswa & Komunitas Kreatif: Sangat menarik bagi anak muda Bandung yang selalu mencari hal baru, unik, dan inspiratif. Konsep yang kuat menjadi bahan perbincangan, daya tarik, dan konten media sosial.
      • Wisatawan: Kafe tematik menjadi destinasi tersendiri bagi wisatawan yang mencari pengalaman berbeda dan khas Bandung yang tidak mereka temukan di kota asal mereka.
      • Instagrammable: Keunikan konsep dan desain interior/eksterior adalah magnet utama untuk menciptakan konten media sosial yang menarik.
  • Kafe dengan Pemandangan Alam atau Ruang Terbuka yang Luas
    • Contoh (Tipe/Merek yang Konsisten): Kafe-kafe di kawasan Dago Pakar, Punclut, Lembang (seperti Lereng Anteng, Dago Bakery, Tafso Barn, atau pemain baru dengan konsep serupa yang memaksimalkan view dan udara segar). Termasuk juga kafe di tengah kota yang berhasil menciptakan oase hijau dengan taman atau halaman luas.
    • Kaitan dengan Segmentasi Pasar:
      • Wisatawan & Keluarga: Menjadi pilihan utama untuk bersantai, menikmati keindahan alam Bandung, dan menghabiskan waktu berkualitas bersama orang terkasih. Sangat populer di akhir pekan dan musim liburan.
      • Semua Kalangan yang Mencari Relaksasi: Menawarkan “pelarian” dari hiruk pikuk perkotaan, disukai oleh warga lokal maupun pendatang yang mencari ketenangan dan suasana yang lebih santai.
      • Pengalaman Khas Bandung: Memanfaatkan keunggulan geografis Bandung sebagai nilai jual utama, memberikan pengalaman yang berbeda dari kafe urban biasa.
  • Kafe Komunitas yang Terjangkau dan Nyaman untuk Mahasiswa
    • Contoh (Tipe/Merek yang Konsisten): Kafe-kafe independen di sekitar area kampus (misalnya sekitar Dipatiukur, Dago Bawah, atau Buah Batu) yang menawarkan harga ramah kantong, Wi-Fi gratis, suasana santai, dan seringkali menjadi tempat berkumpulnya organisasi mahasiswa atau komunitas hobi.
    • Kaitan dengan Segmentasi Pasar:
      • Mahasiswa: Menjawab kebutuhan primer mahasiswa akan tempat nongkrong, mengerjakan tugas kelompok, bersosialisasi, dan mencari hiburan dengan budget terbatas.
      • Komunitas Lokal: Sering menjadi basis atau tempat pertemuan berbagai komunitas karena suasananya yang inklusif, tidak intimidatif, dan mendukung aktivitas kreatif.
      • Frekuensi Kunjungan Tinggi: Meskipun ASPV rendah, volume dan frekuensi kunjungan dari segmen ini bisa sangat tinggi, menciptakan basis pelanggan yang loyal.

Penting untuk dicatat bahwa daftar ini bersifat ilustratif terhadap tipe kafe yang populer berdasarkan analisis segmentasi. Merek spesifik dapat silih berganti, namun karakteristik kafe yang berhasil akan selalu selaras dengan kebutuhan dan preferensi unik dari konsumen di Jakarta dan Bandung. Keberhasilan jangka panjang akan ditentukan oleh kemampuan kafe untuk terus berinovasi sambil mempertahankan kualitas dan relevansinya dengan target pasar yang dituju.


Kesimpulan: Arah Sukses Bisnis Kafe di Jakarta dan Bandung

Bisnis kafe di Jakarta dan Bandung pada tahun 2025 tetap menawarkan peluang yang menggiurkan, namun dengan medan pertempuran yang berbeda dan dinamika pasar yang unik. Jakarta menuntut standar tinggi, efisiensi operasional, dan kemampuan menyasar segmen premium yang mencari kualitas, prestise, dan kenyamanan. Di sisi lain, Bandung memberikan ruang lebih besar untuk kreativitas, konsep unik, dan pembangunan komunitas, namun dengan sensitivitas harga yang perlu diperhatikan secara cermat.

Keberhasilan tidak hanya bergantung pada secangkir kopi yang nikmat atau makanan yang lezat, tetapi juga pada pemahaman mendalam terhadap DNA pasar masing-masing kota, kemampuan beradaptasi dengan tren yang cepat berubah, dan inovasi yang tiada henti. Bagi para pelaku usaha kafe yang mampu menjawab tantangan ini dengan strategi yang tepat dan eksekusi yang konsisten, aroma kesuksesan akan selalu tercium kuat.

Bagikan artikel ini ke:

Promo Shopee

Tentang Penulis

Yoda P Gunawan

Sarjana ekonomi dari jurusan manajemen dan bisnis yang sekarang lebih sering bekerja di bidang teknologi sebagai programmer & terkadang menjadi desainer untuk beberapa project.Pernah membuka Konsultan bisnis sendiri , dan juga bekerja untuk beberapa perusahaan, baik nasional maupun multinasional. Waktu berlalu saat ini penulis kembali merintis karir lagi dan mencari peluang rejeki di era yang dinamis seperti saat ini.

Promo Shopee

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Promo Shopee

CARI ARTIKEL DISINI

KATEGORI ARTIKEL

Capturing moments with creativity and precision.

Crafting Timeless Images, one shot at a time.

©2025, Yoda Creative Work . All Rights Reserved