Kita baru saja mengadopsi jaringan 5G, namun dunia teknologi sudah mulai memandang jauh ke depan, ke era 6G. Jaringan seluler generasi keenam ini tidak hanya menjanjikan kecepatan yang lebih tinggi, tetapi juga konektivitas yang revolusioner, mampu menghadirkan pengalaman digital yang imersif dan mendukung ekosistem smart yang sepenuhnya terintegrasi. 6G akan menjadi fondasi bagi evolusi teknologi yang lebih maju, melampaui sekadar smartphone dan menghubungkan segala sesuatu di sekitar kita. Namun, siapa saja pemain kunci di balik pengembangan teknologi masa depan ini, dan seberapa jauh perbedaan kecepatannya dengan apa yang kita nikmati di Indonesia saat ini?
Apa yang Dijanjikan 6G? Jika 5G menghadirkan kecepatan gigabit per detik dan latensi rendah, 6G akan melampauinya secara eksponensial. Beberapa target dan fitur utama 6G meliputi:
- Kecepatan Terabit per Detik: 6G diharapkan mampu mencapai kecepatan transfer data hingga terabit per detik (Tbps), memungkinkan pengunduhan data yang sangat besar dalam hitungan detik dan streaming konten 8K atau bahkan 16K tanpa buffering.
- Latensi Nol-Sentuhan: Latensi yang sangat rendah, mendekati nol milidetik, akan memungkinkan aplikasi real-time yang sangat kritis seperti operasi bedah jarak jauh, kendaraan otonom tanpa pengemudi, dan robot industri yang berinteraksi secara instan.
- Konektivitas Omnipresent: 6G tidak hanya akan menghubungkan perangkat, tetapi juga lingkungan sekitar kita. Ini akan mencakup Internet of Everything (IoE) yang jauh lebih luas, di mana sensor, objek, dan bahkan permukaan dapat terhubung secara cerdas.
- Integrasi AI dan Komputasi Tepi: AI akan menjadi bagian integral dari jaringan 6G, memungkinkan jaringan untuk mengoptimalkan dirinya sendiri, memprediksi kebutuhan pengguna, dan menyediakan layanan yang lebih personal. Komputasi tepi (Edge Computing) juga akan semakin penting, memproses data lebih dekat ke sumbernya untuk mengurangi latensi.
- Komunikasi Holografik dan Indera Digital: Dengan kecepatan dan latensi ekstrem, 6G berpotensi mendukung komunikasi holografik yang realistis dan memungkinkan pengiriman indera digital, seperti sentuhan atau bau, melalui jaringan.
Perbandingan Kecepatan 6G dengan Kecepatan Internet di Indonesia:
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, mari kita bandingkan kecepatan teoritis yang ditawarkan 6G dengan rata-rata kecepatan internet yang saat ini dinikmati di Indonesia.
- Kecepatan Teoritis 6G: Target kecepatan puncak 6G adalah 1 Terabit per detik (1 Tbps). Perlu diingat bahwa 1 Tbps sama dengan 1.000 Gigabits per detik (Gbps) atau 1.000.000 Megabits per detik (Mbps).
- Rata-rata Kecepatan Internet di Indonesia: Berdasarkan data terkini (hingga awal tahun 2024 dari sumber-sumber seperti Goodstats, Kompas.com, CNBC Indonesia, dan Opensignal), rata-rata kecepatan internet di Indonesia berada di kisaran:
- Internet Mobile (Seluler): Sekitar 19.54 Mbps hingga 28.80 Mbps (data bervariasi antar sumber, beberapa menyebutkan sekitar 24.53 Mbps).
- Internet Fixed Broadband: Sekitar 28.34 Mbps hingga 32.07 Mbps (data bervariasi).
Perbandingan Skala: Jika kita membandingkan:
- Kecepatan Target 6G (1 Tbps)
- Dengan rata-rata Internet Mobile Indonesia (~25 Mbps) atau rata-rata Fixed Broadband Indonesia (~30 Mbps)
Maka, 6G secara teoritis akan puluhan ribu hingga ratusan ribu kali lebih cepat dari rata-rata kecepatan internet di Indonesia saat ini.
- 1 Tbps = 1.000.000 Mbps
- Jika dibagi dengan 25 Mbps (rata-rata mobile): 1.000.000 / 25 = 40.000 kali lebih cepat
- Jika dibagi dengan 30 Mbps (rata-rata fixed broadband): 1.000.000 / 30 = 33.333 kali lebih cepat
Perbedaan kecepatan ini sangatlah masif dan menunjukkan lompatan kuantum dalam kemampuan konektivitas yang akan ditawarkan oleh 6G.
Negara-negara dan Konsorsium yang Memimpin Pengembangan 6G:
Penting untuk dicatat bahwa 6G masih dalam tahap penelitian dan pengembangan yang sangat awal, sehingga belum ada negara yang “menggunakan” 6G secara komersial. Namun, banyak negara dan konsorsium riset global yang aktif berinvestasi dan memimpin upaya pengembangan teknologi ini. Persaingan ini sangat ketat, mirip dengan perlombaan 5G sebelumnya.
Berikut adalah beberapa pemain kunci dan inisiatif yang paling menonjol:
- Tiongkok: Tiongkok adalah salah satu pemimpin utama dalam pengembangan 6G. Huawei, ZTE, dan operator telekomunikasi besar Tiongkok sangat aktif dalam penelitian dan pengembangan. Mereka telah mendirikan pusat penelitian 6G dan berinvestasi besar-besaran dalam teknologi ini, menargetkan peluncuran komersial sekitar tahun 2030.
- Amerika Serikat: AS juga berinvestasi besar dalam riset 6G, seringkali melalui kerja sama antara lembaga pemerintah, universitas, dan perusahaan teknologi besar seperti Qualcomm, Ericsson (yang memiliki operasi besar di AS), dan Nokia (juga dengan kehadiran signifikan di AS). Aliansi seperti Next G Alliance berupaya untuk mendorong kepemimpinan AS dalam inovasi 6G.
- Korea Selatan: Korea Selatan, pelopor dalam peluncuran 5G, juga berada di garis depan riset 6G. Samsung dan LG telah aktif dalam pengembangan teknologi ini, dengan pemerintah Korea Selatan juga mendukung investasi besar dalam riset dan pengembangan. Mereka menargetkan demonstrasi 6G pada pertengahan 2020-an.
- Jepang: Jepang memiliki perusahaan telekomunikasi dan elektronik terkemuka seperti NTT, Sony, dan NEC yang aktif dalam riset 6G. Pemerintah Jepang juga mendukung upaya ini untuk memastikan negara tersebut tetap kompetitif di pasar teknologi global.
- Uni Eropa: Uni Eropa mengkoordinasikan upaya penelitian 6G melalui program-program seperti Hexa-X dan 6G Flagship, yang melibatkan berbagai universitas, lembaga penelitian, dan perusahaan di seluruh Eropa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan visi 6G yang terpadu dan berkelanjutan.
- Finlandia: Meskipun negara kecil, Finlandia adalah pemain kunci dalam riset 6G, terutama melalui 6G Flagship di Universitas Oulu, yang menjadi pusat penelitian internasional terkemuka di bidang ini.
- Kanada: Kanada juga memiliki inisiatif riset 6G yang signifikan, dengan universitas dan perusahaan yang berkolaborasi dalam mengembangkan teknologi nirkabel generasi berikutnya.
Tantangan Menuju 6G: Pengembangan 6G menghadapi tantangan besar:
- Penelitian Spektrum Baru: 6G kemungkinan akan memanfaatkan frekuensi terahertz (THz) yang sangat tinggi, yang memiliki karakteristik propagasi yang berbeda dan memerlukan teknologi transceiver yang inovatif.
- Infrastruktur yang Lebih Padat: Untuk mencapai kecepatan tinggi, jaringan 6G akan memerlukan base station yang lebih banyak dan lebih padat.
- Keamanan dan Privasi: Dengan semakin banyak perangkat yang terhubung dan data yang mengalir, keamanan dan privasi akan menjadi lebih kompleks dan krusial.
- Standardisasi Global: Seperti halnya generasi seluler sebelumnya, standardisasi global yang disepakati akan menjadi kunci untuk interoperabilitas dan adopsi luas 6G.
Kesimpulan: Jaringan 6G masih dalam tahap penelitian dan pengembangan awal, namun visinya sudah sangat ambisius. Ini bukan hanya tentang kecepatan internet yang lebih cepat, tetapi tentang menciptakan fondasi bagi era konektivitas yang belum pernah ada sebelumnya, di mana dunia fisik dan digital menyatu secara mulus. Berbagai negara dan konsorsium global berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam inovasi ini, menginvestasikan sumber daya besar untuk membentuk masa depan konektivitas global yang akan mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi. Perbedaan kecepatan yang sangat signifikan antara 6G dan kondisi internet di Indonesia saat ini menggarisbawahi potensi revolusioner dari teknologi ini, yang diharapkan akan mulai diluncurkan secara komersial di akhir dekade ini, kemungkinan dimulai di negara-negara yang kini paling aktif dalam risetnya.

Tentang Penulis
Yoda P Gunawan
Sarjana ekonomi dari jurusan manajemen dan bisnis yang sekarang lebih sering bekerja di bidang teknologi sebagai programmer & terkadang menjadi desainer untuk beberapa project.Pernah membuka Konsultan bisnis sendiri , dan juga bekerja untuk beberapa perusahaan, baik nasional maupun multinasional. Waktu berlalu saat ini penulis kembali merintis karir lagi dan mencari peluang rejeki di era yang dinamis seperti saat ini.